Oliver Bierhoff Raja Sundulan yang Mengukir Sejarah di AC Milan

oliver bierhoff ac milan

Oliver Bierhoff bergabung dengan AC Milan pada 1998 dari Udinese bersama pelatih Alberto Zaccheroni. Transfer senilai 11 juta pound membawa ekspektasi besar. Striker asal Jerman ini dikenal sebagai spesialis duel udara. Ia tiba setelah musim gemilang di Udinese, mencetak 27 gol dan menjadi top scorer Serie A 1997-98. Di Milan, Bierhoff langsung menunjukkan ketajamannya. Pada musim debutnya, ia mencetak 19 gol di Serie A, membantu Milan meraih Scudetto 1998-99. Gelar ini menjadi yang ke-16 bagi Rossoneri, mengakhiri paceklik trofi setelah dua musim buruk.

Rekor Sundulan dan Performa Ikonik

Bacaan Lainnya

Bierhoff mencetak 15 gol sundulan dari total 19 gol di Serie A 1998-99, rekor yang belum terpecahkan hingga kini. Salah satu momen krusial terjadi di laga melawan Empoli. Ia mencetak hattrick yang membuat Milan melampaui Lazio di puncak klasemen. Pada pekan terakhir, sundulannya ke gawang Perugia memastikan kemenangan 2-1 dan gelar juara. Total, Bierhoff mencatat 44 gol dari 119 penampilan di semua kompetisi selama tiga musim di Milan. Kemampuan udaranya yang luar biasa menjadikannya legenda, meski posturnya tidak terlalu tinggi dibandingkan striker seperti Zlatan Ibrahimovic.

Tantangan dan Warisan

Setelah musim debut, performa Bierhoff menurun seiring bertambahnya usia dan kedatangan Andriy Shevchenko. Zaccheroni juga gagal mempertahankan dominasi, membuat Milan kurang konsisten di Liga Champions dan Serie A. Bierhoff meninggalkan Milan pada 2001, melanjutkan karier ke AS Monaco dan Chievo sebelum pensiun pada 2003. Meski hanya meraih satu Scudetto, ia masuk AC Milan Hall of Fame atas kontribusinya. Julukan “Raja Udara” melekat karena keunggulannya dalam duel bola udara. Bierhoff juga dikenang sebagai pahlawan Jerman di Euro 1996, mencetak dua gol di final, termasuk golden goal pertama dalam sejarah turnamen besar.

Bierhoff meninggalkan jejak sebagai salah satu striker non-Italia tersukses di Serie A dengan total 102 gol. Kolaborasinya dengan Zaccheroni mengubah persepsi penggemar Milan, yang awalnya meragukan gaya permainannya dibandingkan Marco van Basten. Hingga kini, ia tetap ikon Rossoneri.

Pos terkait