Legenda Afrika yang Mengukir Sejarah di AC Milan

george weah

George Weah bergabung dengan AC Milan pada 1995 dari Paris Saint-Germain. Transfer ini menandai puncak kariernya di Eropa. Striker asal Liberia ini tiba dengan reputasi besar setelah menjadi top skor Liga Champions 1994-95. Weah langsung menjadi bintang di San Siro. Kecepatan, kekuatan fisik, dan naluri golnya mengisi kekosongan yang ditinggalkan Marco van Basten. Pada musim pertamanya, Weah mencetak gol terbanyak untuk Milan. Ia membantu tim meraih gelar Serie A 1995-96 di bawah asuhan Fabio Capello. Weah bermain bersama Roberto Baggio dan Dejan Savićević, menciptakan lini serang mematikan.

Puncak Karier dan Penghargaan

Bacaan Lainnya

Pada 1995, Weah mencatat sejarah sebagai pemain Afrika pertama yang memenangkan Ballon d’Or. Ia mengungguli Jürgen Klinsmann dan Jari Litmanen. Penghargaan ini diraih berkat performa gemilang bersama PSG dan Milan. Weah juga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA dan Pemain Afrika Terbaik pada 1995. Salah satu momen ikoniknya terjadi pada 8 September 1996. Weah mencetak gol solo luar biasa melawan Hellas Verona. Ia mengendalikan bola dari area penalti sendiri, berlari sepanjang lapangan, dan menjebol gawang lawan. Gol ini menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah Serie A.

Kontribusi dan Kontroversi

Weah kembali mengantarkan Milan juara Serie A pada 1998-99. Ia mencetak 46 gol dalam 114 penampilan selama di Milan. Namun, kesuksesan di Eropa kurang bersinar. Milan hanya mencapai perempat final Piala UEFA 1995-96 sebagai capaian terbaik selama era Weah. Tim juga mencapai final Coppa Italia 1998, tetapi kalah. Weah dua kali menjadi runner-up Supercoppa Italiana pada 1996 dan 1999. Pada November 1996, Weah terlibat insiden kontroversial. Ia memukul bek Porto, Jorge Costa, di terowongan pemain setelah laga Liga Champions. Weah mengaku frustrasi atas hinaan rasial, tetapi tuduhan ini tak terbukti. Ia diskors enam pertandingan di kompetisi Eropa.

Warisan di AC Milan

Weah meninggalkan Milan pada Januari 2000 untuk bergabung dengan Chelsea secara pinjaman. Selama di Milan, ia memenangkan dua gelar Serie A (1995-96, 1998-99). Meski tak meraih trofi Eropa, Weah meninggalkan warisan besar. Ia dikenang sebagai salah satu striker terbaik Afrika sepanjang masa. Keberhasilannya mematahkan stereotip striker tradisional dengan perpaduan kecepatan, teknik, dan kemampuan menciptakan peluang. Weah juga menjadi simbol anti-rasisme, terutama lewat selebrasi ikonis bersama Zvonimir Boban pada 1999. Hingga kini, ia tetap menjadi legenda Rossoneri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *