Reijnders: Coppa Italia Tidak Akan Menyelamatkan Musim Milan

Tijjani Reijnders

Tijjani Reijnders gelandang AC Milan, menyampaikan pandangan kritis tentang musim timnya menjelang final Coppa Italia melawan Bologna pada 14 Mei 2025 di Stadion Olimpico, Roma. Dalam wawancara dengan The Athletic, Reijnders, yang mencetak 15 gol di semua kompetisi musim ini, menegaskan bahwa memenangkan Coppa Italia tidak akan menyelamatkan musim Milan. Ia menyoroti ekspektasi tinggi klub untuk bersaing memperebutkan Scudetto dan melaju jauh di Liga Champions, dua target yang gagal dicapai musim ini.

Konteks Musim Milan

Milan berada di posisi kesembilan di Serie A, tertinggal 14 poin dari musim sebelumnya, dengan performa yang tidak konsisten. Mereka tersingkir dari Liga Champions dan gagal mengejar posisi empat besar untuk kualifikasi musim depan. Meski begitu, Milan berhasil mencapai final Coppa Italia setelah kemenangan 3-0 atas Inter, dengan Reijnders dan Luka Jovic menjadi bintang. Kemenangan ini juga memastikan tiket Europa League jika Milan mengalahkan Bologna, sebuah pencapaian yang dianggap penting namun tidak cukup untuk menebus kegagalan musim ini.

Bacaan Lainnya

Reijnders berkata, “Kami tidak bisa mengatakan ini musim yang baik meski memenangkan dua trofi. Milan harus bersaing untuk Scudetto dan melaju jauh di Liga Champions. Itu tidak terjadi. Untungnya, kami punya final untuk memenangkan trofi lain, tapi ini campuran perasaan.” Ia menyebut posisi Milan saat ini “frustrasi” karena kualitas skuad yang dimiliki.

Performa Reijnders dan Peran Kunci

Reijnders adalah salah satu pemain terbaik Milan musim ini. Dengan 15 gol, ia menjadi motor lini tengah bersama Youssouf Fofana. Golnya di semifinal Coppa Italia melawan Inter menunjukkan kemampuan menyerang dan visi permainannya. Ia juga menarik perhatian Manchester City, yang dilaporkan menghubungi Milan untuk transfer musim panas, meski belum ada tawaran resmi. Kontrak Reijnders hingga 2030 membuatnya jadi aset berharga, dan banyak pihak, termasuk jurnalis Pietro Mazzara, menegaskan bahwa Milan tidak boleh menjualnya.

Dalam wawancara, Reijnders mengungkapkan inspirasinya dari Andrés Iniesta, mengatakan bahwa ia mempelajari gerakan dan pemindaian ruang Iniesta melalui klip YouTube. “Saya menonton setiap pertandingannya, cara dia memindai lapangan sebelum menerima bola. Saya coba melakukan hal yang sama,” ujarnya. Fokusnya untuk musim depan adalah “kembali ke dasar” untuk membangun fondasi yang lebih kuat.

Tekanan pada Conceicao dan Manajemen

Final Coppa Italia adalah momen krusial bagi pelatih Sergio Conceicao, yang menghadapi tekanan besar. Meski membawa Milan ke final, musim yang buruk di Serie A membuat posisinya dipertanyakan. Rumor tentang Cesc Fabregas sebagai pengganti mencuat, dan keputusan soal direktur olahraga (dengan nama seperti Fabio Paratici dan Igli Tare disebut) menambah ketidakpastian. Kemenangan Coppa Italia bisa memberi Conceicao waktu, tetapi seperti dikatakan Reijnders, trofi ini tidak akan menutupi kegagalan musim secara keseluruhan.

Demetrio Albertini, legenda Milan, setuju dengan Reijnders. Dalam wawancara dengan MilanNews.it, ia menyatakan bahwa Coppa Italia tidak akan menyelamatkan musim karena Milan harus selalu menargetkan Scudetto dan kehadiran konstan di Liga Champions. “Keluar dari target utama tidak bisa diterima,” katanya. Pandangan ini mencerminkan sentimen suporter, yang kecewa dengan posisi kesembilan dan absennya ambisi kompetitif.

Dampak Finansial dan Strategis

Kemenangan Coppa Italia bernilai sekitar 7,1 juta euro, dengan akses ke Europa League menambah minimal 13,3 juta euro. Ini krusial untuk keuangan Milan, yang terancam tanpa pendapatan kompetisi Eropa. Namun, absen dari Liga Champions, yang menawarkan minimal 40 juta euro, adalah pukulan besar. MilanNews.it mencatat bahwa musim tanpa Eropa akan merusak keuangan dan daya tarik klub di bursa transfer, terutama dengan minat pada pemain seperti Reijnders, Theo Hernandez, dan Mike Maignan dari klub seperti Real Madrid dan Manchester City.

Manajemen Milan, di bawah Gerry Cardinale dan Giorgio Furlani, dikritik karena kurangnya ambisi. Antonio Vitiello dari MilanNews.it menulis bahwa klub harus mengutamakan kemenangan dan kompetitivitas, bukan hanya keseimbangan finansial. “Milan bukan sekadar perusahaan; tanpa jiwa dan gairah, mainan ini tidak akan berfungsi,” tulisnya. Andrea Longoni menambahkan bahwa kesenjangan dengan Inter, yang kembali ke final Liga Champions, menunjukkan kegagalan struktural Milan.

Final Coppa Italia: Harapan dan Realitas

Meski Reijnders menegaskan bahwa Coppa Italia tidak cukup, kemenangan atas Bologna tetap penting. Milan akan tampil dengan formasi 3-4-2-1, dengan Reijnders dan Fofana di lini tengah, serta Rafael Leao, Christian Pulisic, dan Luka Jovic di depan. Kemenangan 3-1 atas Bologna di Serie A pada 9 Mei memberi kepercayaan diri, tetapi final adalah cerita berbeda. Vincenzo Italiano, pelatih Bologna, mengakui Milan lebih kuat, namun menekankan pentingnya kerendahan hati dan kerja keras.

Suporter Milan, seperti yang diungkapkan di X, mendesak klub untuk menunjukkan ambisi lebih besar. Seorang pengguna, @Marco04_08, menulis, “Supercoppa dan Coppa Italia tidak menyelamatkan musim. Milan harus mengejar Scudetto atau minimal masuk Liga Champions. Kami di posisi sembilan!” Sentimen ini mencerminkan kekecewaan atas musim yang dianggap jauh di bawah standar klub.

Langkah ke Depan

Reijnders menyerukan perubahan mendasar untuk musim depan, dengan fokus pada konsistensi dan mentalitas juara. Milan harus memutuskan masa depan Conceicao, merekrut direktur olahraga, dan mempertahankan pemain kunci seperti Reijnders, yang disebut “tak tersentuh” oleh Mazzara. Transfer seperti Cristhian Mosquera bisa memperkuat pertahanan, tetapi tanpa visi jangka panjang, Milan berisiko terjebak dalam mediokritas.

Final Coppa Italia adalah kesempatan untuk menutup musim dengan trofi, tetapi seperti yang dikatakan Reijnders, Milan harus berpikir lebih besar. Akankah Rossoneri bangkit di Roma? Atau akankah musim ini menjadi pelajaran pahit untuk membangun kembali identitas juara? San Siro menanti jawaban.

Sumber: MilanNews.it

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *