AC Milan menghadapi Bologna di final Coppa Italia pada 15 Mei 2025, pukul 01.45 WIB, di Stadion Olimpico, Roma. Pelatih Sergio Conceicao mengandalkan formasi tiga bek, dengan Rafael Leao dan Christian Pulisic sebagai sayap penentu. Kemenangan 3-1 atas Bologna di Serie A pada 9 Mei menunjukkan kekuatan duo ini. La Gazzetta dello Sport menilai Leao dan Pulisic akan menjadi ancaman utama untuk meraih trofi kedua musim ini.
Kekuatan Leao: Kembali sebagai Starter
Rafael Leao absen di laga Serie A melawan Bologna karena skorsing, tetapi kini kembali sebagai starter. Ia membawa kedalaman serangan dan mengancam sisi kanan Bologna, terutama bek Lorenzo De Silvestri. CorSport mencatat kehadiran Leao memaksa Bologna lebih berhati-hati, berbeda dari laga sebelumnya saat Joao Felix jarang menyerang De Silvestri.
Leao tampil inkonsisten musim ini, mencerminkan performa tim. Namun, ia krusial di Supercoppa Italiana, membantu Milan menang 3-2 atas Inter. Dengan 23 gol dan 17 assist sejak musim lalu, Leao adalah salah satu pemain top Serie A. Ia ingin mencetak gol bersejarah di final pertama yang ia mulai. Kontraknya hingga 2028 menegaskan peran sentralnya di Milan.
Pulisic: Ancaman di Sisi Kanan
Christian Pulisic tampil gemilang melawan Bologna di Serie A, mencetak gol kemenangan dan memberikan assist. Ia kini punya 11 gol liga musim ini, mendekati rekor pribadi 13 gol. La Gazzetta menobatkannya sebagai pemain Milan pertama sejak Luciano Chiarugi (1972-74) yang mencetak 10+ gol di dua musim Serie A pertamanya, kecuali penyerang murni.
Pulisic, dengan sembilan assist di Serie A, hanya kalah dari Romelu Lukaku. Kecepatan dan kemampuan dribelnya membuatnya sulit dihentikan. Donadoni, mantan pelatih Bologna, menyebut Pulisic sebagai pemain penentu bersama Reijnders. Di final, ia akan mengeksploitasi sisi kiri Bologna, terutama jika Dan Ndoye belum pulih sepenuhnya.
Taktik Conceicao: Kebebasan untuk Sayap
Conceicao menggunakan formasi 3-4-2-1, memberikan kebebasan kepada Leao dan Pulisic untuk menyerang. Dalam laga Serie A, ia beralih ke 4-2-3-1 di babak kedua, memasukkan Samuel Chukwueze dan Santiago Gimenez. Perubahan ini membuka pertahanan Bologna, dengan Chukwueze terlibat dalam ketiga gol. CorSport menyebut Conceicao mungkin beralih ke 4-3-3 dengan Leao dan Pulisic di sayap untuk memanfaatkan kecepatan mereka.
Struktur tiga bek memberikan perlindungan ekstra, memungkinkan sayap menyerang tanpa khawatir. Kyle Walker, sebagai bek kanan, mendukung Pulisic, sementara Theo Hernandez membantu Leao di kiri. La Gazzetta menilai sinkronisasi ini menciptakan keseimbangan, krusial untuk menghadapi Bologna yang agresif.
Ancaman Bologna: Orsolini dan Ndoye
Bologna, asuhan Vincenzo Italiano, mengandalkan sayap mereka, Riccardo Orsolini dan Dan Ndoye. Orsolini mencetak gol indah dari luar kotak penalti di laga Serie A, mengelabui Strahinja Pavlovic. Serginho, legenda Milan, memperingatkan bahwa Orsolini dan Santiago Castro bisa menghukum jika Milan lengah. Ndoye, yang baru pulih, tetap berbahaya dengan kecepatannya.
Italiano mengakui kesalahan di laga Serie A, terutama setelah pergantian pemain. Ia menjanjikan pendekatan lebih hati-hati di final. Bologna kemungkinan menggunakan formasi 4-2-3-1, dengan Orsolini dan Ndoye mendukung Castro. Milan harus mewaspadai serangan balik dan pressing ketat Bologna.
Pertarungan Lini Tengah: Reijnders dan Fofana
La Gazzetta menyoroti pertarungan lini tengah sebagai penentu. Reijnders dan Youssouf Fofana akan menghadapi Lewis Ferguson dan Jens Odgaard. Reijnders, dengan 15 gol musim ini, unggul dalam distribusi dan serangan. Fofana, yang pulih dari masalah kaki, fokus bertahan. Duet ini solid, dengan Reijnders kedua dalam menit bermain (4.321) dan Fofana keempat (3.767).
Ferguson dan Odgaard, yang diubah Italiano menjadi gelandang serang, memberikan keseimbangan untuk Bologna. Odgaard mencetak enam gol, sementara Ferguson dikenal karena visi dan kerja kerasnya. Milan harus menguasai lini tengah untuk memberi ruang bagi Leao dan Pulisic.
Konteks dan Tekanan Final
Milan mengejar trofi Coppa Italia pertama sejak 2003, sementara Bologna belum juara sejak 1974. Kemenangan mengamankan tiket Europa League, krusial karena Milan di posisi kesembilan Serie A. Conceicao, dengan rekor tujuh trofi sebagai pemain dan delapan sebagai pelatih, menghadapi tekanan. Rumor tentang Cesc Fabregas sebagai pengganti membuat final ini penentu masa depannya.
Suporter Milan memenuhi Stadion Olimpico, terinspirasi kemenangan 3-1 di San Siro. Posting di X dari @MilanPosts memuji Leao sebagai kunci untuk membongkar pertahanan Bologna. Namun, Serginho memperingatkan bahwa Milan tidak boleh kehilangan fokus, atau Bologna akan menghukum.
Harapan dan Dampak Kemenangan
Leao dan Pulisic, dengan 23 gol dan 17 assist masing-masing sejak musim lalu, adalah harapan Milan. Kemenangan akan meningkatkan moral menuju Supercoppa Italiana 2025/26. Namun, Reijnders menyatakan trofi ini tidak menyelamatkan musim tanpa Scudetto atau Liga Champions. Ancaman transfer untuk Reijnders dan Hernandez membuat kemenangan penting untuk stabilitas klub.
Milan harus memanfaatkan kecepatan sayap mereka untuk mengatasi Bologna. Conceicao, dengan fleksibilitas taktisnya, siap menyesuaikan strategi. Akankah Leao dan Pulisic membawa Milan juara di Roma? San Siro menanti momen epik dari Rossoneri.
Sumber: SempreMilan.com