Bologna Juara Coppa Italia Hentikan Penantian 51 Tahun

Bologna Juara Coppa Italia

Bologna mengakhiri penantian 51 tahun untuk trofi besar dengan mengalahkan AC Milan 1-0 di final Coppa Italia pada 14 Mei 2025, di Stadion Olimpico, Roma. Gol tunggal Dan Ndoye di menit ke-53 menjadi penentu kemenangan, sekaligus memastikan Bologna lolos ke Europa League musim depan. Kemenangan ini menandai trofi Coppa Italia ketiga dalam sejarah klub, setelah sebelumnya juara pada 1970 dan 1974. Bagi pelatih Vincenzo Italiano, ini adalah trofi pertama dalam kariernya setelah tiga kali kalah di final bersama Fiorentina.

Jalannya Pertandingan: Ndoye dan Skorupski Jadi Pahlawan

Pertandingan berlangsung ketat dengan peluang di kedua sisi. Milan memulai dengan agresif, menciptakan peluang emas di menit keempat saat Rafael Leao memberikan umpan kepada Alex Jimenez, yang gagal memanfaatkan bola di depan gawang. Bologna membalas melalui sundulan Santiago Castro, yang memaksa Mike Maignan melakukan penyelamatan cerdas. Menjelang akhir babak pertama, kiper Bologna Lukasz Skorupski menjadi pahlawan dengan dua penyelamatan gemilang, menggagalkan peluang Luka Jovic dan Christian Pulisic dari jarak dekat.

Bacaan Lainnya

Di babak kedua, Bologna tampil lebih tajam. Gol kemenangan tercipta di menit ke-53 saat Giovanni Fabbian mengoper bola ke Riccardo Orsolini di kotak penalti. Theo Hernandez melakukan tekel tepat waktu, tetapi bola justru jatuh ke Ndoye, yang dengan tenang mengelabui bek dan melepaskan tembakan ke sudut kanan, melewati Maignan. Ndoye menjadi pemain Bologna kedua yang mencetak gol di final Coppa Italia setelah Giuseppe Savoldi pada 1974.

Milan berusaha bangkit dengan tiga pergantian pemain di menit ke-62, memasukkan Kyle Walker, Joao Felix, dan Santiago Gimenez. Namun, perubahan taktik ke 4-2-4 tidak membuahkan hasil. Bologna, dengan garis pertahanan tinggi dan pressing intens, mengendalikan permainan. Italiano memperkuat pertahanan dengan memasukkan Nicolò Casale dan Tommaso Pobega, memastikan kemenangan 1-0 hingga peluit akhir. Milan mencatatkan 1,41 expected goals (xG) dibandingkan 1,04 milik Bologna, tetapi peluang Jovic (0,73 xG) yang gagal menjadi penentu.

Kunci Kemenangan Bologna: Taktik Italiano dan Semangat Tim

Vincenzo Italiano layak mendapat pujian atas strategi 4-2-3-1 yang mengeksploitasi kelemahan Milan. Pressing tinggi Bologna menyulitkan lini tengah Milan, dengan Tijjani Reijnders dan Pulisic tampil di bawah performa terbaik. Lewis Ferguson, kapten Bologna, memimpin lini tengah dengan visi dan kerja keras, sementara Ndoye dan Orsolini mengancam di sayap. Skorupski, dengan penyelamatan krusial, menjadi fondasi kemenangan. La Gazzetta dello Sport memuji Bologna karena “bermain solid dan tidak memberi ruang bagi Milan.”

Bologna juga menunjukkan penguasaan bola yang impresif, dengan pergerakan terkoordinasi yang menghasilkan gol Ndoye. Italiano, yang kalah di final Coppa Italia 2022-23 dan dua final Europa Conference League bersama Fiorentina, akhirnya meraih trofi. Kemenangan ini menjadi puncak transformasi Bologna, yang musim ini debut di Liga Champions dan mencapai semifinal.

Kegagalan Milan: Musim yang Mengecewakan

Bagi Milan, kekalahan ini memperpanjang puasa trofi Coppa Italia sejak 2003 dan menambah kekecewaan di musim yang sulit. Meski memenangkan Supercoppa Italiana melawan Inter pada Januari, Milan finis di posisi kedelapan Serie A dengan 60 poin, tertinggal empat poin dari zona Liga Champions. Kekalahan ini menutup peluang kualifikasi otomatis ke Europa League, memaksa mereka bergantung pada dua laga tersisa melawan Roma dan Monza.

Sergio Conceicao, pelatih Milan, mengakui kekecewaannya. “Ini pertandingan ketat, setiap duel menentukan. Kami kehilangan sesuatu,” katanya kepada Sport Mediaset. Ia memuji Bologna atas permainan mereka, tetapi mengakui musim Milan penuh tantangan dalam “lingkungan yang sulit.” Performa buruk Reijnders dan Pulisic, ditambah kegagalan memanfaatkan peluang, menjadi sorotan. Leao, meski aktif, tidak mampu menembus pertahanan Bologna. The Playoffs mencatat transisi lambat Milan dan kurangnya kreativitas lini tengah sebagai kelemahan utama.

Statistik dan Fakta Penting

  • Bologna: Memenangkan Coppa Italia ketiga dalam sejarah (1970, 1974, 2025), dengan jeda 51 tahun antartrofi, rekor terpanjang dalam kompetisi ini.

  • Dan Ndoye: Pemain kedua Bologna yang mencetak gol di final Coppa Italia setelah Savoldi (1974). Kedua golnya di Coppa Italia musim ini melawan tim Milan (Inter dan Milan).

  • Milan: Kalah di final Coppa Italia ketiga beruntun, memperpanjang rekor sembilan kali runner-up, terbanyak di kompetisi ini.

  • Vincenzo Italiano: Trofi pertama sebagai pelatih, menebus tiga kekalahan di final sebelumnya.

  • Skorupski: Penyelamatan ganda di babak pertama menjadi kunci, menghentikan peluang Jovic dan Pulisic.

Dampak dan Reaksi

Kemenangan Bologna memicu perayaan besar, dengan 29.303 suporter memenuhi Stadion Olimpico. Bologna FC 1909 memposting di X, “Kami bawa pulang Coppa!” dan “Sejarah tercipta!” menunjukkan euforia klub dan fans. Trofi ini juga memastikan Bologna berlaga di Supercoppa Italiana 2025/26 bersama Napoli, Inter, dan Milan.

Bagi Milan, kekalahan ini memicu kritik tajam. Gazzetta menyebut musim ini sebagai “pelajaran pahit,” menyoroti masalah di lapangan dan manajemen. Fans di X, seperti @MilanPosts, menyerukan perombakan besar, dengan beberapa meminta pemecatan Conceicao dan perubahan di level kepemimpinan Giorgio Furlani dan Gerry Cardinale. Spekulasi tentang Cesc Fabregas sebagai pengganti pelatih semakin menguat.

Langkah Selanjutnya

Bologna akan membawa momentum ini ke dua laga terakhir Serie A melawan Fiorentina dan Genoa, mengejar posisi Eropa. Milan, dengan dua pertandingan tersisa, harus menang untuk menjaga harapan kualifikasi Eropa melalui liga. Kekalahan ini juga memengaruhi rencana transfer, dengan minat pada pemain seperti Jean-Philippe Mateta dan Cristhian Mosquera bergantung pada dana tambahan.

Kemenangan Bologna adalah cerita tentang keberanian dan transformasi, sementara Milan harus merenungkan musim yang penuh kegagalan. Ndoye, Italiano, dan Skorupski telah mengukir nama mereka dalam sejarah Rossoblu, tetapi bagi Rossoneri, Roma menjadi malam kekecewaan yang tak terlupakan.

Sumber: SportsMole.co.uk

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *