Andriy Shevchenko bergabung dengan AC Milan pada 1999 dari Dynamo Kyiv seharga 25 juta dolar. Striker Ukraina ini langsung bersinar. Ia mengisi kekosongan Oliver Bierhoff yang menua. Musim debutnya, Shevchenko mencetak 24 gol di Serie A 1999-2000. Ia menjadi top scorer liga, mengungguli Gabriel Batistuta. Kecepatan, teknik, dan insting golnya memikat penggemar San Siro. Bersama Filippo Inzaghi, ia membentuk duet mematikan. Carlo Ancelotti, pelatih Milan, memaksimalkan potensinya. Shevchenko lahir di Dvirkivshchyna, Ukraina, pada 1976. Ia nyaris menjadi atlet angkat besi sebelum memilih sepak bola. Di Dynamo Kyiv, ia mencetak 60 gol dalam 117 laga. Hattrick melawan Barcelona di Liga Champions 1997 melambungkan namanya.
Awal Karier yang Mentereng
Shevchenko memenangkan lima gelar liga Ukraina bersama Dynamo Kyiv. Transfer ke Milan menandai langkah besar. Ia menjadi pemain non-Italia pertama yang meraih Capocannoniere Serie A sejak 1985. Pada 2000, ia masuk tiga besar Ballon d’Or, kalah dari Luís Figo. Performa konsistennya menarik perhatian dunia. Shevchenko menguasai duel satu lawan satu. Tendangan kerasnya dari berbagai sudut sering menjebol gawang. Di Milan, ia bermain bersama bintang seperti Paolo Maldini dan Andrea Pirlo. Kolaborasinya dengan Alessandro Nesta di lini belakang sulit ditembus. Musim 2001-02, ia mencetak 14 gol di Serie A. Milan mulai menunjukkan tanda kebangkitan.
Era Keemasan di San Siro
Musim 2002-03 menjadi puncak kejayaan Shevchenko. Ia mengantarkan Milan juara Liga Champions 2003 melawan Juventus. Di final, ia mencetak gol penentu via adu penalti. Total, ia menyumbang 12 gol di kompetisi Eropa. Milan juga memenangkan Coppa Italia 2003, trofi ganda pertama sejak 1990. Shevchenko meraih gelar Pemain Terbaik Eropa versi UEFA. Pada 2003-04, ia kembali menjadi top scorer Serie A dengan 24 gol. Milan meraih Scudetto, gelar liga pertama sejak 1999. Gol krusialnya melawan Inter Milan dan Roma tak terlupakan. Pada 2004, ia memenangkan Ballon d’Or, mengalahkan Deco dan Ronaldinho. Ia menjadi pemain Ukraina pertama yang meraihnya.
Momen Pahit dan Kebangkitan
Final Liga Champions 2005 melawan Liverpool meninggalkan luka. Milan unggul 3-0 di babak pertama. Shevchenko menjadi motor serangan. Namun, Liverpool menyamakan kedudukan dan menang via adu penalti. Shevchenko gagal mengeksekusi penalti krusial. Kekalahan ini menghantui penggemar Rossoneri. Meski begitu, Shevchenko bangkit pada 2005-06. Ia mencetak 19 gol di Serie A. Di Liga Champions, ia menyarangkan sembilan gol. Gol voli spektakulernya melawan Fenerbahçe dari jarak 25 meter jadi sorotan. Konsistensinya luar biasa, selalu mencetak minimal 20 gol per musim dari 1999 hingga 2005. Ia juga memenangkan Piala Super Eropa 2003 dan Supercoppa Italiana 2004.
Kepindahan dan Kembalinya ke Milan
Pada 2006, Shevchenko pindah ke Chelsea seharga 30,8 juta pound. Keputusan ini mengecewakan penggemar Milan. Di Chelsea, ia kesulitan beradaptasi. Ia hanya mencetak 22 gol dalam 77 laga. Cedera dan persaingan dengan Didier Drogba menghambatnya. Pada 2008, ia kembali ke Milan dengan status pinjaman. Namun, performanya menurun. Ia hanya mencetak dua gol dalam 26 laga. Shevchenko kemudian bergabung kembali dengan Dynamo Kyiv pada 2009. Ia menutup karier Eropa dengan 48 gol di Liga Champions. Total, ia mencetak 175 gol dalam 322 penampilan untuk Milan. Di Serie A, ia mengoleksi 127 gol.
Warisan Abadi di Rossoneri
Shevchenko masuk AC Milan Hall of Fame. Ia dianggap salah satu striker terbaik dunia. Julukan “Sheva” melekat di hati penggemar. Gaya bermainnya menggabungkan kecepatan dan akurasi. Ia sering mengambil tanggung jawab di momen krusial. Gol volinya melawan Inter pada 2004 di Derby della Madonnina legendaris. Kolaborasinya dengan Kaká dan Pirlo membentuk trio menyerang yang menakutkan. Shevchenko juga menjadi ikon Ukraina. Ia mendirikan yayasan untuk anak-anak korban Chernobyl. Pasca-pensiun, ia terjun ke politik, meski kurang sukses. Total trofinya di Milan meliputi Liga Champions 2003, Scudetto 2004, Coppa Italia 2003, Piala Super Eropa 2003, dan Supercoppa Italiana 2004.
Langkah Pasca-Karier
Setelah pensiun pada 2012, Shevchenko menjadi pelatih. Ia menangani tim nasional Ukraina dari 2016 hingga 2021. Pada Euro 2020, ia membawa Ukraina ke perempat final. Pada 2021, ia melatih Genoa, tetapi hanya sembilan laga. Hingga kini, Shevchenko tetap jadi kebanggaan Ukraina dan Milan. Nomor punggung 7 menjadi miliknya di San Siro. Dengan 175 gol dan lima trofi mayor, ia adalah legenda abadi Rossoneri. Penggemar masih mengenang kehebatannya. Shevchenko mengubah wajah sepak bola Ukraina di panggung dunia.