Adriano Galliani Bisa Kembali ke Milan Perbaiki Manajemen

Adriano Galliani

Fans Milanisti – Kabar mengejutkan muncul bahwa Adriano Galliani, mantan CEO AC Milan era Silvio Berlusconi, bisa kembali ke klub dalam peran baru, menurut SempreMilan.com. Sebagai contoh, Galliani dianggap mampu memperbaiki kelemahan manajemen saat ini, terutama di sisi politik dan proyek stadion, di mana Paolo Scaroni sebagai Presiden dinilai gagal, menurut Andrea Longoni via MilanNews.it. Selain itu, Galliani dikenal memiliki pengaruh besar di sepak bola Italia dan semangat Milan yang kuat. Oleh karena itu, kembalinya bisa meningkatkan hubungan dengan fans dan otoritas. Meski begitu, beberapa meragukan kemampuannya mengelola klub dengan anggaran terbatas, menurut Football-Italia.net. Dengan demikian, kembalinya Galliani jadi topik panas di kalangan Milanisti.

Latar Belakang: Kelemahan Manajemen Scaroni

Paolo Scaroni, Presiden Milan saat ini, mendapat kritik keras karena gagal membangun pengaruh politik klub di Italia, menurut SempreMilan.com. Sebagai contoh, isu stadion baru belum menunjukkan kemajuan signifikan, meningkatkan ketidakpuasan fans, menurut Gazzetta dello Sport. Selain itu, Scaroni dianggap jauh dari suporter, dengan nyanyian protes terhadapnya di laga-laga terakhir, menurut MilanNews.it. Oleh karena itu, manajemen RedBird, di bawah Gerry Cardinale, mempertimbangkan perubahan, dengan Galliani sebagai kandidat kuat, menurut PianetaMilan. Meski begitu, CEO Giorgio Furlani juga dikritik karena kurang efektif dalam komunikasi media, menurut Sky Sport Italia. Dengan demikian, Galliani bisa jadi solusi strategis.

Bacaan Lainnya

Peran Galliani: Pengaruh dan Pengalaman

Galliani, yang menjabat sebagai CEO Milan dari 1986 hingga 2017, membawa klub meraih 29 trofi, termasuk 5 Liga Champions dan 8 Scudetto, menurut Wikipedia. Sebagai contoh, ia dikenal karena negosiasi cerdas, seperti mendatangkan Marco van Basten, Andriy Shevchenko, dan Kaka, yang memenangkan Ballon d’Or, menurut ACMilanInfo.com. Selain itu, koneksi politiknya di Italia, termasuk pengalaman sebagai Presiden Lega Serie A (2002–2006), membuatnya disegani, menurut ESPN. Oleh karena itu, kembalinya bisa memperkuat posisi Milan dalam negosiasi stadion dan hubungan dengan otoritas sepak bola, menurut MilanReports.com. Meski begitu, kritik muncul karena kegagalannya mengelola Milan saat krisis keuangan era Berlusconi, seperti penjualan Ronaldinho dengan rugi Rp400 miliar (€20 juta), menurut Bleacher Report. Dengan demikian, Galliani punya kelebihan dan tantangan.

Konteks Kembalinya: Monza dan Perubahan Milan

Setelah meninggalkan Milan pada 2017 pasca penjualan klub oleh Berlusconi, Galliani menjadi CEO Monza dan membawa klub itu promosi ke Serie A pada 2022, menurut The AC Milan Offside. Sebagai contoh, ia melakukan 30 transfer dalam sebulan pada Januari 2019, menunjukkan kemampuan manajerialnya, menurut Wikipedia. Selain itu, degradasi Monza ke Serie B pada 2025 dan kematian Berlusconi pada 2023 membuka peluang baginya kembali ke Milan, menurut SempreMilan.com. Oleh karena itu, RedBird dilaporkan bertemu Galliani untuk membahas peran sebagai Presiden atau pemegang saham, menggantikan Scaroni, menurut acmilan_intl di X. Meski begitu, usianya (81 tahun) dan pendekatan manajemen era Berlusconi yang dianggap kuno jadi kekhawatiran, menurut Football-Italia.net. Dengan demikian, kembalinya Galliani penuh pro dan kontra.

Konteks Skuad dan Manajemen Milan

Milan sedang merombak skuad dengan kedatangan Pervis Estupiñán (Rp380 miliar/€19 juta), Luka Modric (gratis, gaji Rp70 miliar/€3,5 juta), dan Samuele Ricci (Rp500 miliar/€25 juta), menurut Football-Italia.net. Sebagai contoh, penjualan Theo Hernandez (Rp500 miliar/€25 juta), Tijjani Reijnders (Rp1,4 triliun/€70 juta), Tommaso Pobega (Rp160 miliar/€8 juta), dan Emerson Royal (Rp180 miliar/€9 juta) membantu anggaran, menurut Fabrizio Romano. Selain itu, Milan mengejar Ardon Jashari (Rp700 miliar/€35 juta), Guéla Doué (Rp460 miliar/€23 juta), Dusan Vlahovic (Rp360 miliar/€18 juta), dan Giovanni Leoni (Rp700 miliar/€35 juta), menurut Gazzetta dello Sport. Oleh karena itu, Galliani bisa membantu negosiasi transfer sulit, seperti Leoni, berkat koneksinya, menurut MilanNews24.com. Meski begitu, Igli Tare dan Massimiliano Allegri sudah menangani sisi sepak bola, menurut Tuttosport. Dengan demikian, peran Galliani kemungkinan lebih ke politik dan komunikasi.

Reaksi Fans: Antara Nostalgia dan Skeptisisme

Fans Milan antusias dengan potensi kembalinya Galliani, mengenang perayaan ikonisnya dengan dasi kuning di stadion, menurut SempreMilan.com. Sebagai contoh, suporter di Stadio Olimpico saat final Coppa Italia melawan Bologna meminta Galliani kembali, menurut MilanReports.com. Selain itu, mereka memuji koneksi politik dan semangat Milan-nya, menurut acmilan.com.pl. Oleh karena itu, banyak yang melihatnya sebagai sosok yang bisa mendekatkan manajemen dengan fans, menurut Sky Sport Italia. Meski begitu, sebagian skeptis, mengkritik kegagalannya saat dana terbatas, seperti transfer Ronaldinho dan Balotelli yang merugikan, menurut Bleacher Report. Dengan demikian, kembalinya Galliani memicu debat sengit.

Tur Pramusim: Ujian Manajemen dan Skuad

Kemenangan 4-2 Milan atas Liverpool di Hong Kong pada 26 Juli menunjukkan potensi, tetapi kelemahan pertahanan terlihat, menurut MilanReports.com. Sebagai contoh, performa inkonsisten Malick Thiaw dan Strahinja Pavlovic menegaskan kebutuhan bek seperti Leoni, menurut SempreMilan.com. Selain itu, jadwal pramusim berikutnya meliputi:

  • 31 Juli: Perth Glory vs. AC Milan (Australia)
  • 9 Agustus: Leeds United vs. AC Milan (London)
  • 10 Agustus: Chelsea vs. AC Milan (London)

Oleh karena itu, Galliani bisa membantu negosiasi transfer jelang Coppa Italia melawan Bari pada 17 Agustus, menurut Tuttosport. Meski begitu, kebugaran Youssouf Fofana dan Alex Jimenez perlu dipantau, menurut ALeagues.com.au. Dengan demikian, tur ini jadi ujian bagi manajemen.

Kesimpulan

Kembalinya Adriano Galliani ke Milan bisa jadi solusi untuk kegagalan manajemen Scaroni, terutama di politik dan proyek stadion. Sebagai contoh, pengalamannya selama 31 tahun di Milan dan koneksi politiknya menjanjikan. Selain itu, fans antusias dengan semangat Milan-nya. Oleh karena itu, ia bisa memperkuat posisi klub. Meski begitu, usia dan kegagalan masa lalu saat dana terbatas jadi tantangan. Dengan demikian, fans menanti apakah Galliani akan kembali dan mengembalikan kejayaan Rossoneri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *